Rabu, 24 Februari 2010

bernafas di bibir duka

angin menari-nari
di puncak itu
melipur lara
manyejuk raga
manyapa yang remuk redam
memikul batu jalanan
yang berdandan masalah

tak ingat badan kemana
tak tau jalan kemana
ku hanya perana
tang bernafas di bibir duka
menenti raga-raga
yang terhempas murka

taukah kau..............
sudah berapa lama ku meringkuk di lereng-lereng durja......?
satu................
dua..............
tiga...........
akh........!!!
aku tak pernah menatap
langit-langit disana
kan melukiskan
ratapan-ratapan duka
yang menyayat nadi......
remukan tulang......
membunuh insan yang terbuai
dalam kematian